Kamis, 04 Oktober 2012

Astronomi dan Geologi Kabah di Planet Bumi




 Penemuan batuan prekambrium di Jazirah Arab sangat mendukung fakta mengenai Kota Makkah, yang konon didasari oleh batuan beku vulkanik tertua di planet bumi. Artinya, hipotesis bahwa Ka’bah terletak di atas daratan tertua mulai terkuak sedikit demi sedikit.Pandangan sains dan Alquran menyatakan bahwa planet bumi adalah sebuah planet yang terbentuk dari hasil ledakan bintang (supernova) sekitar ±5 miliar tahun lalu.Sebelumnya, alam semesta telah dipersiapkan sejak ±13/7-18,24 miliar tahun lalu. Sebuah ledakan dahsyat yang diakibatkan adanya kekuatan gravitasi, kemudian terjadi pada alam semesta (teori Big Bang). Peristiwa itu terjadi ketika langit dan bumi masih menjadi satu titik, yang disebut dengan “titik singularis” Pascaterjadinya ledakan dahsyat tersebut, alam semesta mulai terbentuk, ruang dan waktu mulai muncul sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.Allah SWT berfirman,
 “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 30).

Peristiwa selanjutnya adalah munculnya makhluk-makhluk lain, seperti proton (+) dan elektron (-) sebagai pasangan makhluk pertama yang dipertemukan oleh Sang Pencipta. Selain itu, tercipta juga inti atom Helium (He), dan inti atom Hi­drogen (H) sebagai cikal bakal molekul air (Hfi).
Sejak saat itu, langit mulai mengembang seperti balon yang ditiup, sebagaimana yang dikemukakan oleh teori Hubble. Bintang-bintang mulai terbentuk. Bintang-bintang tersebut saling mendekat akibat adanya gravitasi dan mengumpul berdasarkan berat jenisnya.
Mereka saling terikat dalam gugusan bintang (galaksi). Itulah zaman keemasan alam semesta (8,7—9,1 miliar tahun lalu), sebuah zaman di mana banyak bintang serta gugusan bintang silih berganti lahir dan mati dalam kisaran ratusan juta hingga miliaran tahun.

Sejak awal, ada hubungan yang sangat erat dalam hal terciptanya planet bumi dan alam semesta. Pantaslah bila Allah SWT dalam Alquran selalu menyandingkan “langit” dan “bumi” sebagai pasangan yang tidak terpisahkan dan tidak pernah terbalik dalam penyebutannya (sesuai urutan genesis).Sebuah ledakan bintang (supernova) yang terjadi pada lima miliar tahun lalu telah melahirkan bintang matahari beserta pecahannya beberapa ratus juta tahun kemudian. Pada kenyataannya, sistem tata surya kita terdiri atas 11 planet, bukan hanya 9 planet. Planet-planet tersebut ialah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Eris.Kenyataan tersebut telah dikemukakan oleh ahli astronomi kelas dunia bernama David A Aguilar pada Februari 2008 dan telah disiarkan melalui film National Geographic. Kondisi serupa pun dinyatakan dalam Surah Yusuf

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."( Q.S Yusuf (12:4 )
Apabila menyimak ayat tersebut,  kata “kaukab” atau dapat diartikan pula sebagai “planet”, bukan hanya bintang. Bintang dalam surah Alquran disebut juga sebagai najm.
Bahkan, surah bintang disebut An-Najm, bukan? Jadi, lebih cocok kiranya memilih “planet” untuk menerjemahkan kata “kaukaban”.
Berselisih sekitar ±500 juta tahun, Planet Bumi terbentuk dari bagian pecahan bintang Matahari. Dalam keadaan membara selama ratusan juta tahun, kemudian kulit luar Planet Bumi mengalami pembekuan sehingga bagian kulit atau kerak bagian luarnya menjadi daratan yang tampak seperti hamparan sebuah karpet dan langit (atmosfer) sebagai atap.

“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dan langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. “Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 22).

Setelah bagian kulit terluar Planet Bumi mulai membeku, maka terbentuklah daratan yang sangat luas bagaikan hamparan karpet tak berujung.Logislah bila dalam Alquran Allah sering menggunakan kata “hamparan” dalam proses penciptaan bumi karena planet ini memang, pada awal kejadiannya, bagaikan hamparan karpet. Subhanallah!.

Selanjutnya, Planet Bumi mengalami benturan dahsyat dengan sebuah asteroid sebesar Planet Mars. Bumi tersobek, dan sobekan kulitnya terlontar ke ruang angkasa. Pecahan- pecahan kulit bumi tersebut bergabung menjadi satu selama satu tahun dan membentuk satelit Bulan.

Firman Allah SWT, “… dan Allah (juga) menurunkan dari langit bebongkahan yang di dalamnya ada kristal es. Maka ditimpakan-Nya bongkahan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. Al-Nur [24]: 43).

Berdasarkan penjelasan NASA (Lembaga Antariksa Amerika Serikat), air yang ditemukan di bumi memang sebagian besar (90-95 persen) bukan berasal dari Planet Bumi. Air itu berasal dari komet yang menumbuk bumi sebesar 30-40 ton/3 detik sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan laut mencapai 2,5 cm/20 ribu tahun. Subhanallah!

Planet Bumi terus dibombardir oleh komet yang berisi kristal es selama 200-300 juta tahun. Maka, mulailah terbentuk lautan pada saat Planet Bumi berumur 3,8 miliar tahun. Pada saat itulah, Planet Bumi menyemai kehidupannya dalam lautan yang tidak bertepi.Bagian interior Planet Bumi masih terus membara hingga temperaturnya mencapai 3.700-4.500°C, dengan tekanan 1,37 juta atm. Sebagian kulitnya telah membeku menjadi dasar samudra untuk menjaga keseimbangan temperatur dan tekanannya.

Planet Bumi harus berserdawa sehingga gunung-gunung berapi bawah laut bermunculan untuk mengeluarkan material-material pendukung kehidupan.Aktifnya gunung-gunung api bawah laut pada kurun waktu 3,5 miliar tahun lalu itu membuat kehangatan dalam lautan. Kondisi ini menyebabkan ganggang hijau biru mulai hidup semarak dan berfotosintesis melepaskan oksigen (02) dalam rangka mendukung terciptanya atmosfer Bumi pada 2-2,5 miliar tahun lalu.Gas 02 yang terlepas tersebut menggantikan dominasi C02 dalam atmosfer, yang dihasilkan dari berserdawanya Planet Bumi melalui gunung-gunung api bawah laut.Pada ratusan juta tahun lalu, salah satu gunung api bawah laut membesar serta meninggi, dan akhirnya melampaui permukaan air laut. Gunung ini secara terus-menerus memuntahkan lavanya sehingga terbentuklah daratan pertama di Planet Bumi.Muntahan lava basal terus mengembang, meluas dan membentuk daratan hingga menempati Planet Bumi. Disebabkan oleh kehadiran daratan awal (benua pertama) yang disebut sebagai Pangea (Alfred Wegener, 1923).


Permukaan air laut menjadi naik beberapa kali lipat mengikuti hukum alam yang ada, menyesuaikan dengan ruang yang ditempati oleh daratan yang semakin luas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penciptaan Planet Bumi, yang kini didiami oleh 6,7-7 miliar manusia, hanyalah semisal menghadirkan sebuah benda sebesar atom bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta ini.

Kehadiran Planet Bumi di alam semesta raya ini merupakan bagian dari rencana Allah SWT untuk menghadirkan “Khalifatullah fil Ardhi” yakni Nabi Adam AS, nenek moyang ras manusia modern.
Keberadaan Adam AS tak lain adalah untuk menunggu kehadiran salah satu keturunannya, yang akan menjadi utusan penutup dan utusan bagi seluruh semesta alam, Nabi Besar junjungan umat manusia, Muhammad SAW.

Pada titik munculnya gunung pertama di bawah laut itulah yang sekarang menjadi titik di mana Ka’bah berada, sebagaimana informasi dalam hadis Rasulullah SAW, “Dahulu Ka’bah adalah bukit/gunung kecil di atas air kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah)nya.” (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadis wa Al-Atsar, Juz II, h. 34-35).Subhanallah, hanya itu yang dapat kita ucapkan bersama.

Tatkala daratan, lautan, dan gunung-gunung, sebagai cikal bakal benua besar Pangea terbentuk, mulailah benua besar ini memecah dirinya menjadi beberapa bagian, sebagai akibat dari pergerakan “bubur” magma panas dan tekanan yang ada dalam interior Planet Bumi (Teori Vening Meinesz).Pergerakan aliran panas dalam tubuh Planet Bumi tersebut menyebabkan retakan lempeng bumi, yang kemudian terekspresikan dalam bentuk gempa bumi dan pembentukan gunung-gunung berapi di permukaan bumi, baik di bawah maupun di permukaan laut.

Hal ini telah dijelaskan oleh Alquran dalam Surah Al-Naml (QS. 27: 88), Al-Anbiya’ (QS. 21: 31), dan Fushshilat (QS. 41:10).
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti tentang apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Naml [27]: 88).

Kemudian Firman Allah SWT, “Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kukuh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al- Anbiya’ [21]: 31).

Dan Firman Allah SWT, “Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.” (QS. Fushshilat [41]: 10).

Untuk membuktikan bahwa Ka’bah atau Kota Makkah memang merupakan titik awal di mana gunung api bawah laut muncul membentuk daratan, maka diperlukan data-data mengenai struktur batuan dasar pendukungnya.Batuan itu harus merupakan batuan ubahan (metamorf) yang berasal dari batuan beku ekstrusip (vulkanis). Hal ini mengingat batuan pertama yang dimuntahkan oleh Planet Bumi sebagai cikal bakal daratan adalah batuan beku vulkanis berkomposisi basa atau asam basal atau rhyolite (karena terbentuk langsung dari lelehan magma yang keluar dari perut bumi).
Dalam peta geologi Saudi Arabia, yang menunjukkan bahwa bagian bawah Kota Makkah atau Ka’bah merupakan batuan ubahan (metamorf) yang berasal dari batuan beku luar berkomposisi basa yang disebut batuan beku vulkanis basal.

Analisis data umur menunjukkan bahwa batuan beku basal di bawah Kota Makkah di mana Ka’bah terletak berumur prekambrium (600-700 juta tahun) sebagai lempeng Benua Arabia, yang kemudian tertutup dengan batuan beku vulkanis (basal) berumur 10-30 juta tahun sebagai efek terbentuknya Laut Merah.

Penemuan batuan berumur prekambrium di atas, justru lebih tua dari yang diperkirakan sehingga sangat mendukung fakta bahwa Kota Makkah didasari oleh batuan beku basal tertua di Planet Bumi. Artinya, hipotesis bahwa Ka’bah terletak di atas daratan tertua mulai terkuak sedikit demi sedikit dan membuktikan kebenaran hadis Rasulullah SAW yang menyatakan, “Dahulu Ka’bah adalah bukit/gunung kecil di atas air kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah)-nya.”

Bila kita coba letakkan titik yang kita asumsikan sebagai letak Kota Makkah/Ka’bah di Planet Bumi pada posisi-posisi benua sejak 225 juta tahun hingga sekarang, maka terbukti bahwa Kota Makkah tidak bergerak secara signifikan (hanya naik turun).Seolah-olah, titik tersebut menjadi poros pergerakan Benua Laurasia dan Gondwana, yang merupakan cikal bakal terbentuknya Benua Amerika Utara, Asia, Eropa, Amerika Selatan, Afrika, Australia, India, dan Antartika.

Beranjak dari kenyataan di atas, para ahli geologi Arab Saudi meyakini Ka’bah atau Kota Makkah sebagai poros dari semua pergerakan benua dengan kecepatan rata-rata 4-12 cm/tahun. Pada skema bilangan umur di atas, tercatat beberapa kejadian geologi penting sejak 4,56 miliar tahun silam hingga saat ini.

Ka’bah adalah rumah ibadah manusia pertama, telah ditentukan posisinya oleh Allah SWT berdekatan dengan waktu kehadiran Adam AS di Planet Bumi. Meski demikian, cikal bakal lokasinya telah dijaga oleh para malaikat-Nya sejak miliaran tahun lalu, yaitu tatkala daratan mulai muncul (600-700 juta tahun yang lalu) setelah Planet Bumi dikuasai oleh lautan tak bertepi sejak 3,8 miliar tahun yang lalu. Subhanallah!

Begitu dimanjakannya manusia dengan penciptaan jagat raya hingga penciptaan Planet Bumi. Bahkan, Ka’bah sebagai “monumen” penggerak hati seluruh manusia telah diletakkan jauh sebelum manusia hadir di bumi. Pantaslah dalam firman-Nya telah disebut Ka’bah sebagai petunjuk bagi seluruh semesta alam.
Fakta tersebut sekaligus bantahan Allah SWT terhadap Ahlul Kitab yang mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis.

1 komentar: