Penemuan batuan prekambrium di Jazirah Arab sangat
mendukung fakta mengenai Kota Makkah, yang konon didasari oleh batuan beku
vulkanik tertua di planet bumi. Artinya, hipotesis bahwa Ka’bah terletak di
atas daratan tertua mulai terkuak sedikit demi sedikit.Pandangan sains dan
Alquran menyatakan bahwa planet bumi adalah sebuah planet yang terbentuk dari
hasil ledakan bintang (supernova) sekitar ±5 miliar tahun lalu.Sebelumnya, alam
semesta telah dipersiapkan sejak ±13/7-18,24 miliar tahun lalu. Sebuah ledakan
dahsyat yang diakibatkan adanya kekuatan gravitasi, kemudian terjadi pada alam
semesta (teori Big Bang). Peristiwa itu terjadi ketika langit dan bumi masih
menjadi satu titik, yang disebut dengan “titik singularis” Pascaterjadinya
ledakan dahsyat tersebut, alam semesta mulai terbentuk, ruang dan waktu mulai
muncul sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.Allah SWT berfirman,
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman?” (QS.
Al-Anbiya’ [21]: 30).
Peristiwa selanjutnya adalah munculnya makhluk-makhluk
lain, seperti proton (+) dan elektron (-) sebagai pasangan makhluk pertama yang
dipertemukan oleh Sang Pencipta. Selain itu, tercipta juga inti atom Helium
(He), dan inti atom Hidrogen (H) sebagai cikal bakal molekul air (Hfi).
Sejak saat itu, langit mulai mengembang seperti balon yang
ditiup, sebagaimana yang dikemukakan oleh teori Hubble. Bintang-bintang mulai
terbentuk. Bintang-bintang tersebut saling mendekat akibat adanya gravitasi dan
mengumpul berdasarkan berat jenisnya.
Mereka saling terikat dalam gugusan bintang (galaksi).
Itulah zaman keemasan alam semesta (8,7—9,1 miliar tahun lalu), sebuah zaman di
mana banyak bintang serta gugusan bintang silih berganti lahir dan mati dalam
kisaran ratusan juta hingga miliaran tahun.
Sejak awal, ada hubungan yang sangat erat dalam hal
terciptanya planet bumi dan alam semesta. Pantaslah bila Allah SWT dalam
Alquran selalu menyandingkan “langit” dan “bumi” sebagai pasangan yang tidak
terpisahkan dan tidak pernah terbalik dalam penyebutannya (sesuai urutan
genesis).Sebuah ledakan bintang (supernova) yang terjadi pada lima miliar tahun
lalu telah melahirkan bintang matahari beserta pecahannya beberapa ratus juta
tahun kemudian. Pada kenyataannya, sistem tata surya kita terdiri atas 11
planet, bukan hanya 9 planet. Planet-planet tersebut ialah Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Ceres, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan
Eris.Kenyataan tersebut telah dikemukakan oleh ahli astronomi kelas dunia
bernama David A Aguilar pada Februari 2008 dan telah disiarkan melalui film
National Geographic. Kondisi serupa pun dinyatakan dalam Surah Yusuf
(Ingatlah), ketika Yusuf
berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat
sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."( Q.S Yusuf (12:4 )
Apabila menyimak ayat tersebut, kata “kaukab” atau
dapat diartikan pula sebagai “planet”, bukan hanya bintang. Bintang dalam surah
Alquran disebut juga sebagai najm.
Bahkan, surah bintang disebut An-Najm, bukan? Jadi, lebih
cocok kiranya memilih “planet” untuk menerjemahkan kata “kaukaban”.
Berselisih sekitar ±500 juta tahun, Planet Bumi terbentuk
dari bagian pecahan bintang Matahari. Dalam keadaan membara selama ratusan juta
tahun, kemudian kulit luar Planet Bumi mengalami pembekuan sehingga bagian
kulit atau kerak bagian luarnya menjadi daratan yang tampak seperti hamparan
sebuah karpet dan langit (atmosfer) sebagai atap.
“(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dan langit, lalu
Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. “Karena itu
janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 22).
Setelah bagian kulit terluar Planet Bumi mulai membeku,
maka terbentuklah daratan yang sangat luas bagaikan hamparan karpet tak
berujung.Logislah bila dalam Alquran Allah sering menggunakan kata “hamparan”
dalam proses penciptaan bumi karena planet ini memang, pada awal kejadiannya,
bagaikan hamparan karpet. Subhanallah!.
Selanjutnya, Planet Bumi mengalami benturan dahsyat dengan
sebuah asteroid sebesar Planet Mars. Bumi tersobek, dan sobekan kulitnya
terlontar ke ruang angkasa. Pecahan- pecahan kulit bumi tersebut bergabung
menjadi satu selama satu tahun dan membentuk satelit Bulan.
Firman Allah SWT, “… dan Allah
(juga) menurunkan dari langit bebongkahan yang di dalamnya ada kristal es. Maka
ditimpakan-Nya bongkahan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir
menghilangkan penglihatan.” (QS.
Al-Nur [24]: 43).
Berdasarkan penjelasan NASA (Lembaga Antariksa Amerika
Serikat), air yang ditemukan di bumi memang sebagian besar (90-95 persen) bukan
berasal dari Planet Bumi. Air itu berasal dari komet yang menumbuk bumi sebesar
30-40 ton/3 detik sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan laut mencapai 2,5
cm/20 ribu tahun. Subhanallah!
Planet Bumi terus dibombardir oleh komet yang berisi
kristal es selama 200-300 juta tahun. Maka, mulailah terbentuk lautan pada saat
Planet Bumi berumur 3,8 miliar tahun. Pada saat itulah, Planet Bumi menyemai
kehidupannya dalam lautan yang tidak bertepi.Bagian interior Planet Bumi masih
terus membara hingga temperaturnya mencapai 3.700-4.500°C, dengan tekanan 1,37
juta atm. Sebagian kulitnya telah membeku menjadi dasar samudra untuk menjaga
keseimbangan temperatur dan tekanannya.
Planet Bumi harus berserdawa sehingga gunung-gunung berapi
bawah laut bermunculan untuk mengeluarkan material-material pendukung
kehidupan.Aktifnya gunung-gunung api bawah laut pada kurun waktu 3,5 miliar
tahun lalu itu membuat kehangatan dalam lautan. Kondisi ini menyebabkan
ganggang hijau biru mulai hidup semarak dan berfotosintesis melepaskan oksigen
(02) dalam rangka mendukung terciptanya atmosfer Bumi pada 2-2,5 miliar tahun
lalu.Gas 02 yang terlepas tersebut menggantikan dominasi C02 dalam atmosfer,
yang dihasilkan dari berserdawanya Planet Bumi melalui gunung-gunung api bawah
laut.Pada ratusan juta tahun lalu, salah satu gunung api bawah laut membesar
serta meninggi, dan akhirnya melampaui permukaan air laut. Gunung ini secara
terus-menerus memuntahkan lavanya sehingga terbentuklah daratan pertama di
Planet Bumi.Muntahan lava basal terus mengembang, meluas dan membentuk daratan
hingga menempati Planet Bumi. Disebabkan oleh kehadiran daratan awal (benua
pertama) yang disebut sebagai Pangea (Alfred Wegener, 1923).
Permukaan air laut menjadi naik beberapa kali lipat
mengikuti hukum alam yang ada, menyesuaikan dengan ruang yang ditempati oleh
daratan yang semakin luas.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penciptaan Planet Bumi, yang
kini didiami oleh 6,7-7 miliar manusia, hanyalah semisal menghadirkan sebuah
benda sebesar atom bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta ini.
Kehadiran Planet Bumi di alam semesta raya ini merupakan
bagian dari rencana Allah SWT untuk menghadirkan “Khalifatullah fil Ardhi”
yakni Nabi Adam AS, nenek moyang ras manusia modern.
Keberadaan Adam AS tak lain adalah untuk menunggu
kehadiran salah satu keturunannya, yang akan menjadi utusan penutup dan utusan
bagi seluruh semesta alam, Nabi Besar junjungan umat manusia, Muhammad SAW.
Pada titik munculnya gunung pertama di bawah laut itulah
yang sekarang menjadi titik di mana Ka’bah berada, sebagaimana informasi dalam
hadis Rasulullah SAW, “Dahulu Ka’bah adalah bukit/gunung kecil di atas air
kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah)nya.” (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadis
wa Al-Atsar, Juz II, h. 34-35).Subhanallah, hanya itu yang dapat kita
ucapkan bersama.
Tatkala daratan, lautan, dan gunung-gunung, sebagai cikal
bakal benua besar Pangea terbentuk, mulailah benua besar ini memecah dirinya
menjadi beberapa bagian, sebagai akibat dari pergerakan “bubur” magma panas dan
tekanan yang ada dalam interior Planet Bumi (Teori Vening Meinesz).Pergerakan
aliran panas dalam tubuh Planet Bumi tersebut menyebabkan retakan lempeng bumi,
yang kemudian terekspresikan dalam bentuk gempa bumi dan pembentukan
gunung-gunung berapi di permukaan bumi, baik di bawah maupun di permukaan laut.
Hal ini telah dijelaskan oleh Alquran dalam Surah Al-Naml
(QS. 27: 88), Al-Anbiya’ (QS. 21: 31), dan Fushshilat (QS. 41:10).
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira
tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah)
ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia
Mahateliti tentang apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Naml [27]: 88).
Kemudian Firman Allah SWT, “Dan Kami telah menjadikan di bumi ini
gunung-gunung yang kukuh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami
jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al- Anbiya’ [21]: 31).
Dan Firman Allah SWT, “Dan Dia
ciptakan padanya gunung-gunung yang kukuh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi,
dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuni)nya dalam empat masa, memadai
untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya.” (QS. Fushshilat [41]: 10).
Untuk membuktikan bahwa Ka’bah atau Kota Makkah memang
merupakan titik awal di mana gunung api bawah laut muncul membentuk daratan,
maka diperlukan data-data mengenai struktur batuan dasar pendukungnya.Batuan
itu harus merupakan batuan ubahan (metamorf) yang berasal dari batuan beku
ekstrusip (vulkanis). Hal ini mengingat batuan pertama yang dimuntahkan oleh
Planet Bumi sebagai cikal bakal daratan adalah batuan beku vulkanis
berkomposisi basa atau asam basal atau rhyolite (karena terbentuk langsung dari
lelehan magma yang keluar dari perut bumi).
Dalam peta geologi Saudi Arabia, yang menunjukkan bahwa
bagian bawah Kota Makkah atau Ka’bah merupakan batuan ubahan (metamorf) yang
berasal dari batuan beku luar berkomposisi basa yang disebut batuan beku
vulkanis basal.
Analisis data umur menunjukkan bahwa batuan beku basal di
bawah Kota Makkah di mana Ka’bah terletak berumur prekambrium (600-700 juta tahun)
sebagai lempeng Benua Arabia, yang kemudian tertutup dengan batuan beku
vulkanis (basal) berumur 10-30 juta tahun sebagai efek terbentuknya Laut Merah.
Penemuan batuan berumur prekambrium di atas, justru lebih
tua dari yang diperkirakan sehingga sangat mendukung fakta bahwa Kota Makkah
didasari oleh batuan beku basal tertua di Planet Bumi. Artinya, hipotesis bahwa
Ka’bah terletak di atas daratan tertua mulai terkuak sedikit demi sedikit dan
membuktikan kebenaran hadis Rasulullah SAW yang menyatakan, “Dahulu Ka’bah adalah bukit/gunung kecil di atas
air kemudian dibentangkanlah bumi dari (bawah)-nya.”
Bila kita coba letakkan titik yang kita asumsikan sebagai
letak Kota Makkah/Ka’bah di Planet Bumi pada posisi-posisi benua sejak 225 juta
tahun hingga sekarang, maka terbukti bahwa Kota Makkah tidak bergerak secara
signifikan (hanya naik turun).Seolah-olah, titik tersebut menjadi poros
pergerakan Benua Laurasia dan Gondwana, yang merupakan cikal bakal terbentuknya
Benua Amerika Utara, Asia, Eropa, Amerika Selatan, Afrika, Australia, India,
dan Antartika.
Beranjak dari kenyataan di atas, para ahli geologi Arab
Saudi meyakini Ka’bah atau Kota Makkah sebagai poros dari semua pergerakan
benua dengan kecepatan rata-rata 4-12 cm/tahun. Pada skema bilangan umur di atas,
tercatat beberapa kejadian geologi penting sejak 4,56 miliar tahun silam hingga
saat ini.
Ka’bah adalah rumah ibadah manusia pertama, telah
ditentukan posisinya oleh Allah SWT berdekatan dengan waktu kehadiran Adam AS
di Planet Bumi. Meski demikian, cikal bakal lokasinya telah dijaga oleh para
malaikat-Nya sejak miliaran tahun lalu, yaitu tatkala daratan mulai muncul
(600-700 juta tahun yang lalu) setelah Planet Bumi dikuasai oleh lautan tak
bertepi sejak 3,8 miliar tahun yang lalu. Subhanallah!
Begitu dimanjakannya manusia dengan penciptaan jagat raya
hingga penciptaan Planet Bumi. Bahkan, Ka’bah sebagai “monumen” penggerak hati
seluruh manusia telah diletakkan jauh sebelum manusia hadir di bumi. Pantaslah
dalam firman-Nya telah disebut Ka’bah sebagai petunjuk bagi seluruh semesta
alam.
Fakta tersebut sekaligus bantahan Allah SWT terhadap Ahlul
Kitab yang mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul
Maqdis.
Tulisannya ga keliatan csku
BalasHapus