Abu Bakr
Semua peristiwa sejarah dunia Islam catatannya didasarkan pada hijrah Nabi dari Mekah ke Medinah. Rahasia diambilnya peristiwa besar ini sebagai permulaan sejarah Islam, karena waktu itulah permulaan Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya dalam menghadapi mereka yang mcmerangi risalahnya di tanah suci itu. Kemudian mereka melakukan perbuatan-perbuatan makar hendak membunuhnya.Dalam hijrah itu hanya Abu Bakr sendiri saja yang menemani Rasulullah. Dalam sakitnya yang terakhir dan ketika sudah tidak kuat lagi mengimami salat, Rasulullah meminta Abu Bakr bertindak memimpin salat itu menggantikannya. la tidak ingin tempat ini dipegang oleh Umar bin Khattab.
Nabi
memilih Abu Bakr dalam hijrah dan salat
Dipilihnya Abu Bakr menemaninya ketika
hijrah dan mengimami salat menggantikannya, karena Abu Bakr Muslim pertama yang
beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah, dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban.
Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya
hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi
agama Allah dan membela kaum
Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah
daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Di samping itu, di samping
iman yang begitu teguh akhlaknya pun
sudah mendekati kesempurnaan, cintanya begitu besar kepada orang lain, paling dekat dan akrab kepada
mereka.
Jika demikian halnya, tidak heran bila
Muslimin kemudian mengangkatnya sebagai pengganti Rasulullah. Memang, tidak
heranlah dengan sikapnya itu ia membela Islam dan menyebarkan agama Allah di muka bumi ini. Dialah yang telah memulai
sejarah lahirnya kedaulatan1 Islam,
(1 Pengertian kedaulatan di sini dan di
bagian-bagian lain dalam buku ini
merupakan terjemahan kata bahasa Arab imbaraturiyah, 'sebuah kedaulatan
besar, luas dan banyak jumlahnya, dengan
kekuatan yang besar meliputi bcrbagai macam bangsa, golongan, ras) yang kemudian menyebar di
timur dan di barat, ke India dan
Tiongkok di Asia, ke Maroko dan Andalusia di Afrika dan Eropa, dan
yang kemudian mengarahkan kebudayaan umat manusia ke suatu
tujuan, yang pengaruhnya di seluruh dunia masih terasa sampai sekarang.
Sebuah
studi tentang kedaulatan Islam
Sejarah
kedaulatan Islam sejagat ini, serta sebab-sebab kebesaran dan kemundurannya. Islam ini adalah hasil
ajaran-ajaran dan tuntunan Nabi juga. Dalam melakukan studi sejarah Nabi Sallallahu
'alaihi wasallam dan melihat hasil studi ini yang memang indah, yang
sudah sepatutnya akan mcngantarkan langkah umat manusia ke arah kebudayaan yang selama ini didambakan,
maka dalam mengadakan studi kedaulatan
ini serta perkembangannya, lebih besar
lagi hasrat kita hendak mengambil teladan dan ajaran-ajaran Rasulullah sebagai pangkal bertolak. Hal ini akan
mempermudah kita memperolch pengetahuan baru mengenai kehidupan yang begitu cemcrlang dan agung.
Terdorong oleh pemikiran semacam itu, yakin
bahwa pengenalan kita pada masa lampau dengan sendirinya akan memberikan
gambaran masa depan, dan sekaligus membimbing upaya kita ke arah tujuan yang sesuai dengan kodrat kita sebagai
manusia. Masa lampau, masa sekarang dan
masa depan merupakan satu kesatuan yang tak
tcrpisahkan. Mengenai masa lampau adalah suatu langkah untuk mencntukan diagnosis yang tepat masa sekarang
serta mengatur masa yang akan datang.
Kenapa
dimulai dari biografi Abu Bakr
Biografi Umar bin Khattab misalnya, yang
banyak dibicarakan orang, karena mereka
melihat bahwa sejarah Umar itu adalah titik
gemilang dalam wajah sejarah Islam. Abu Bakr, sahabat dekat Muhammad, orang yang paling
banyak berhubungan dengan dia, di samping memang orang yang paling setia dan
paling banyak mengikuti ajaranajarannya. Di samping itu ia memang orang yang sangat ramah dan lembut hati, dan karena
dia jugalah puluhan dan ratusan ribu
Muslimin tersebar ke segenap penjuru, Juga, dengan segala kelembutannya itu dia adalah Khalifah
pertama. Dialah yang telah memperkuat Islam
kembali tatkala orang-orang Arab yang murtad mencoba mau menggoyahkan sendi-sendi Islam, di samping
itu juga dialah yang telah merintis
penyebaran Islam ke luar dan merintis pula kedaulatannya.
Kebesarannya
Dengan segala kebesaran jiwanya Laki-laki
yang begitu rendah hati itu, begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya, bergaul dengan orang-orang
papa, dengan mereka yang lemah dalam
dirinya terpendam suatu kekuatan yang
dahsyat sekali. Dengan kemampuan yang luar biasa dalam membina tokoh-tokoh serta dalam menampilkan posisi
dan bakat mereka, ia tak kenal ragu,
pantang mundur. Ia mendorong mereka terjun ke dalam lapangan yang bermanfaat untuk kepentingan
umum, menyalurkan segala kekuatan dengan
kemampuan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.
Di manakah
terpendamnya sifat genius dalam diri Abu Bakr itu selama masa Rasulullah dulu?
Sejarah Abu Bakr sebelum menjadi Khalifah peranannya di samping Rasulullah, maka tampak ia dengan
keagungannya itu dalam warna baru sebagai
lingkaran cahaya kebesaran yang seimbang ketika ia berada di samping kebesaran dan keagungan
Rasulullah. Tetapi semua itu baru tampak jelas di depan mata tatkalakita bandingkan dengan sahabat-sahabat Rasulullah yang lain serta
pengikut-pengikutnya dari kalangan
Muslimin. Betapa pula peranan mereka itu di sisi kebesaran
dan keagungannya dengan peranannya pada masa risalah,
dan ketika orang-orang Kuraisy begitu hebat memusuhi dan mengganggu Rasulullah, ketika terjadi
peristiwa Isra, kemudian waktu hijrah, lalu dalam mcnghadapi intrikintrik
orang-orang Yahudi di Yasrib (Medinah)?!
Peristiwa-peristiwa itu saja rasanya cukup
sudah untuk dijadikan dasar penulisan sejarah hidupnya, untuk dicatatkan
namanya dalam sebuah catatan yang abadi.
Sungguhpun begitu, kebesaran Abu Bakr adalah kebesaran yang tanpa suara,
kebesaran yang tak mau berbicara tentang dirinya, sebab, itu adalah
kebesaran jiwa, kebesaran iman
yang sungguh-sungguh kepada Allah
dan kepada wahyu yang disampaikan kepada. Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam.
Pandangan
yang jauh dan tepat
Kemudian apa lagi! Kemudian jalanrya
peristiwa demi peristiwa pada masa Abu Bakr itu sudah menjadi saksi pula buat
dia akan pendapatnya yang tepat serta
pandangannya yang jauh. Ketika terpikir
akan memasuki Persia dan Rumawi, setelah merasa lega melihat keadaan kaum Muslimin sudah lepas dari Perang
Riddah di kawasan Arab, ia melihat
prinsip persamaan dalam ajaran Islam itu sebagai kekuatan baru yang tak akan dapat dilawan
baik oleh Persia maupun oleh Rumawi.
Prinsip ini tentu akan menarik hati semua orang dalam kedua imperium itu, yang selama ini berjalan
atas dasar kekuasaan pribadi atau menurut sistem raja-raja kecil dan atas perbedaan-perbedaan kelas. Betapapun besarnya persediaan
dan perlengkapan manusia
dan kekuatan pada kedua imperium itu, namun
konsep persamaan dan keadilan akan lebih kuat dari segala kekuatan.
Kedaulatan yang berlaku, yang didasarkan
atas konsep ini, dengan asas keadilan,
akan lebih menarik hati rakyat. Meskipun antara
dia dengan sementara sahabat-sahabat terkemuka ada perbedaan pendapat, tetapi tidak sampai menghalangi
maksudnya hendak menyerbu Irak dan
Syam.1 (1 Meliputi Suria, Libanon, Palestina dan Yordania sekarang. ) Perintah untuk menyerbu itu dikeluarkan
dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan bantuan dan pertolongan selalu.
Oleh karena itu ia berpesan kepada setiap pimpinan pasukan agar tetap berpegang
teguh pada prinsip persamaan dan
keadilan dan jangan menyimpang sedikit pun.
Dari celah-celah peristiwa yang telah
diungkapkan oleh para ahli sejarah dahulu demikian ini tampak jelas
sekali, walaupun pemerintahan Abu Bakar
itu waktunya sangat pendek. Ditambah
lagi dengan apa yang ditulis oleh kalangan Orientalis, tampak lebih jelas lagi, seperti beberapa
ulasan yang dapat kita baca dalam
buku-buku mereka serta usahanya hendak menafsirkan beberapa peristiwa itu.
Perangai inilah, yang dalam waktu begitu pendek itu ia memikul tanggung jawab
Muslimin, patut mendapat catatan tersendiri, dengan jati dirinya serta
pembentukan pribadinya yang dapat dilukiskan
secara lebih khas dan lengkap.
Ciri khas
masa Abu Bakr
Pemerintahan Abu Bakr punya jati diri dan
bentuknya sendiri yang sempurna, yaitu
dalam hubungannya dengan masa Rasulullah
sebelum itu dan dengan masa Umar sesudahnya, yang ditandai dengan suatu ciri khas. Masa
Rasulullah adalah masa wahyu dari Allah.
Allah telah menyempurnakan agama itu untuk umat
manusia, telah melengkapinya dengan karunia-Nya dan dengan Islam sebagai agama yang dipilihkan-Nya untuk
mereka.
Sedang masa Umar ialah masa pembentukan
hukum yang dasar-dasarnya sudah ditertibkan dengan kedaulatan yang sudah mulai
berjalan lancar. Sebaliknya masa Abu Bakr adalah masa peralihan yang sungguh
sulit dan rumit, yang bertalian dengan kedua masa itu,namun berbeda dengan
kedua masa itu. Bahkan berbeda dari setiap
masa yang pernah dikenal orang
dalam sejarah hukum dan ketertibannya
serta dalam sejarah agama-agama dan penyebarannya.
Mengatasi
kesulitan
Dalam masa transisi yang sangat kritis ini
Abu Bakr dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang begitu besar sehingga pada
saat-saat permulaan itu timbul kehawatiran
yang dirasakan oleh seluruh umat Muslimin.
Setelah semua itu dapat diatasi berkat
kekuatan imannya, dan untuk waktu
berikutnya Allah telah memberikan sukses dan
kemenangan, datang Umar memegang tampuk pimpinan umat Islam. Ia memimpin
mereka dengan berpegang pada keadilan yang sangat ketat serta memperkuat pemerintahannya sehingga
negara-negara lain tunduk setia kepada
kekuasaannya.
Memang, telah timbul kekhawatiran di
kalangan umat melihat kesulitan yang
dihadapi Abu Bakr itu. Sebabnya ialah wilayah Arab yang pada masa Rasulullah sudah tuntas
kesatuannya, tiba-tiba jadi goncang
begitu RasuluUah wafat. Bahkan gejala-gejala kegoncangan itu
memang sudah mulai mengancam sebelum RasuluUah berpulang.
Musailimah bin Habib di Yamamah mendakwakan
diri nabi dan mengirim delegasi kepada Nabi di Medinah dengan menyatakan bahwa Musailimah juga nabi seperti Muhammad
dan bahwa "Bumi ini separuh buat
kami dan separuh buat Kuraisy,tetapi Kuraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil..
Aswad Ansi di Yaman mendakwakan diri nabi dan tukang sihir, mengajak
orang dengan sembunyi-sembunyi. Setelah
merasa dirinya kuat ia pergi ke daerah
selatan lalu mengusir wakil-wakil Muhammad, lalu terus ke Najran.
Ia hendak menyebarkan pengaruhnya di
kawasan ini. Muhammad mengutus orang
kepada wakilnya di Yaman dengan perintah supaya
mengepung Aswad atau membunuhnya. Soalnya karena orang Arab yang sudah beriman dengan ajaran tauhid dan
sudah meninggalkan penyembahan berhala,
tak pernah membayangkan bahwa kesatuan
agama mereka telah disusul oleh
kesatuan politik. Malah banyak di antara
mereka yang masih rindu ingin kembali kepada kepercayaan lamanya. Itu sebabnya, begitu mereka
mendengar RasuluUah wafat mereka menjadi murtad, dan banyak di antara kabilah
itu yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Medinah. Mereka
menganggap membayar zakat itu sama
dengan keharusan pajak. Oleh karena itu
mereka menolak.
Pemberontakan
dan Perang Riddah
Seperti jilatan api, cepat sekali
pemberontakan itu menjalar ke seluruh jazirah Arab begitu RasuluUah wafat.
Berita pemberontakan ini sampai juga kepada penduduk Medinah, kepada mereka
yang berada di sekeliling Abu Bakr
setelah mereka membaiatnya. Mereka sangat
terkejut. Berselisih pendapat mereka apa yang harus diperbuat. Satu golongan berpendapat, termasuk Umar bin
Khattab, untuk tidak menindak mereka yang menolak membayar zakat selama mereka
tetap mengakui, bahwa tak ada tuhan
selain Allah dan Muhammad Rasuluallah.
Dengan begitu barangkali mereka menghendaki
agar tidak banyak musuh yang akan dapat
mengalahkan mereka. Allah tidak
memberikan janji kemenangan kepada mereka seperti yang diberikan kepada RasuluUah. Juga vvahyu sudah tidak
diturunkan kepada siapa pun lagi setelah
Nabi dan Rasul penutup itu berpulang ke rahmatullah.
Tetapi Abu Bakr tetap bersikeras, mereka
yang menolak merabayar zakat dan murtad dari
agamanya harus diperangi. Dan itulah Perang Riddah1 (1 Riddah sebuah istilah dalam sejarah Islam, dari
akar kata radda, irtadda, "berbalik ke bclakang", dalam istilah fikih
"meninggalkan keyakinan, agama dsb.berdasarkan Q.S (3:86-91) dan (16:106)
Orang yang melakukannya disebut murtadd
seperti yang dikenal dalam bahasa
Indonesia. Perang riddah berarti perang melawan kaum murtad yang telah menelan waktu setahun lebih.
Perang Riddah itu tidak hanya melibatkan
ratusan orang dari pasukan Khalifah dan ratusan lagi dari pihak lawan, bahkan
di antaranya sampai puluhan ribu dari
masing-masing pihak yang terlibat langsung
dalam pertempuran yang cukup scngit itu. Ratusan, bahkan ribuan di antara kedua belah pihak terbunuh.
Pengaruhnya dalam sejarah Islam cukup
menentukan. Andaikata Abu Bakr ketika itu tunduk pada pihak yang tidak menyetujui perang, sebagai
akibatnya niscaya kekacauan akan lebih
meluas ke seluruh kawasan Arab, dan kedaulatan Islam tentu tidak akan ada. Juga jika pasukan Abu
Bakr bukan pihak yang menang dalam
perang itu, niscaya akibatnya akan lebih parah lagi. Jalannya sejarah dunia pun akan sangat
berlainan.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan ketika
orang mengatakan, bahwa dengan posisinya dalam menghadapi pihak Arab yang
murtad disertai kemenangannya dalam menghadapi mereka itu, Abu Bakr telah
mengubah arah sejarah dunia. Tangan Tuhan jugalah yang telah melahirkan kebudayaan umat manusia itu dalam
bentuknya yang baru.
Pengaruh kemenangan
Perang Riddah
Kalau tidak karena kemenangan Abu Bakr
dalam Perang Riddah, penyerbuan ke Irak dan ke Syam tentu tidak akan dimulai,
dan pasukan Muslimin pun tak akan berangkat dengan kemenangan memasuki kedua imperium besar itu, Rumawi dan
Persia, untuk kemudian digantikan oleh kedaulatan Islam di atas puing itu
juga! Kebudayaan Islam telah
menggantikan kedua pola kebudayaan itu.
Lagi, kalau tidak karena Perang Riddah, dengan gugurnya sahabat-sahabat sebagai syahid yang
memastikan kemenangan itu, niscaya tidak
akan cepat-cepat Umar menyarankan kepada Abu Bakr agar Qur'an segera dikumpulkan.
Karena pengumpulan inilah pula yang
menyebabkan adanya penyatuan bacaan pada masa Usman. Dengan demikian, Qur'an
adalah dasar yang kukuh dalam menegakkan
kebenaran, merupakan tonggak yang tak
tergoyahkan bagi kebudayaan Islam. Selanjutnya, kalau tidak karena kemenangan yang diberikan Allah kepada kaum
Muslimin dalam Perang Riddah itu, jangan-jangan Abu Bakr belum dapat menyusun
suatu sistem pemerintahan di Medinah, yang di atas sendi itu pula kemudian Umar
menggunakan asas musyawarah. Polanya keadilan dan kasih sayang, intinya
kebajikan dan ketakwaan.
Inilah peristiwa-peristiwa agung yang telah
dapat diselesaikan dalam vvaktu singkat,
sesingkat itu pula yang menyebabkan sebagian
orang sampai merentang jarak
begitu panjang hingga pada masa
Umar, dengan anggapan bahwa jika
hanya dalam beberapa bulan saja tidak
akan cukup waktu orang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang sampai mengubah jalannya sejarah
dunia itu.
Kalau saja mereka ingat, bahwa beberapa
revolusi yang telah membawa umat manusia
dari suatu keadaan kepada keadaan yang
lain selesai dalam waktu seperti
itu, dan bahwa hukum alam sedikit demi
scdikit tunduk pada prinsip-prinsip revolusi untuk meningkatkan umat manusia mencapai kesempurnaannya,
tidaklah akan cepat-cepat mereka beralih
dari masa revolusi rohani seperti yang dicetuskan olch Rasulullah ke seluruh dunia itu,kedaulatan Islam
yang sudah tersebar ke segenap penjuru
dunia dan sudah juga menganut revolusi
itu.
Mereka tidak akan lama-lama berhenti hanya
sampai di situ, ketika orang-orang Arab
itu mencoba hendak mengadakan perlawanan
sebagai reaksi atas ajaran yang
dibawa oleh Muhammad. Hal ini sudah menjadi bawaan manusia di mana dan kapan pun
tatkala mereka hendak melawan setiap prinsip baru. Mereka
mencoba memadamkannya, tetapi Allah akan
tetap menyempurnakan cahayanya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.
Hubungan
kebesarannya sebagai
Khalifah dengan kebesarannya sebagai Sahabat
Bagaimana Abu Bakr dapat menghadapi scgala
kesulitan itu pada permulaan ia memegang pimpinan dan dia tetap bertahan,
Sesudah itu pula mulai ia merintis jalan
menyebarkan agama dan membuat sebuah kedaulatan .
Sementara
kesulitan-kesulitan itu masih ada,Sifat pribadinya yang besar sangat berpengaruh sekali , sifat-sifat itu
saja tidak akan sampai ke tingkat yang
sudah dicapainya itu kalau tidak karena persahabatannya dengan Rasulullah selama
dua puluh tahun penuh.
Para ahli sejarah sepakat bahwa kebesaran
Abu Bakr selama masa menjadi Khalifah
itu erat sekali hubungannya dengan
persahabatannya dengan Rasulullah. Selama dalam persahabatan itu ia telahmenghirup jiwa agama yang dibawa oleh
Muhammad, ia sepenuhnya mengerti maksud
dan tujuannya, mengerti secara naluri, tidak dikacaukan oleh adanya kesalahan
atau keraguan.
Apa yang telah dihirupkan dan dipahaminya
dengan nalurinya itu ialah bahwa iman
adalah suatu kekuatan yang tak akan
dapat dikalahkan oleh siapa pun selama seorang mukmin dapat menjauhkan diri dari maksud-maksud tertentu
selain untuk mencari kebenaran demi kebenaran
semata.
Banyak memang orang yang dapat memahami kebenaran rohani demikian ini
pada setiap zaman, tetapi mereka
menangkapnya dengan akal, sedang Abu Bakr
menangkap semua itu dengan kalbunya, dengan matanya ia melihat bulat-bulat hidup dalam diri Rasulullah
Sallallahu 'alaihi wasallam dan dalam perbuatannya
Teladan
yang telah mengilhaminya
Iman yang sungguh-sungguh demi kebenaran
itulah yang membuatnya menentang
sahabat-sahabatnya dalam soal menghadapi
golongan murtad waktu itu, dan bersikeras hendak memerangi mereka meskipun harus pergi seorang diri.
Betapa ia tak akan melakukan itu padahal ia sudah menyaksikan sendiri Nabi
berdiri seorang diri mengajak orang-orang
di Mekah ke jalan Allah, tapi mereka ramai-ramai menentangnya,di bujuk dengan
harta, dengan kerajaan dan kedudukan
tinggi,kemudian ia pun diperangi dengan
maksud hendak membendungnya dari kebenaran yang dibawanya itu,Tidak,
malah ia menjawab: "Demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku, dengan maksud supaya aku
meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah akan
membuktikan kemenangan itu di tanganku,
atau aku binasa karenanya, tidak akan kutinggalkan!"
Kenapa ia tidak juga berbuat demikian
padahal ia sudah menyaksikan Nabi akibat
Perang Uhud, dan setelah kemenangan
pihak Kuraisy atas pasukan Muslimin?Nabi kembali bersama-sama kaum Muslimin yang masih ada, yang pernah mengalami
Perang Uhud, dan sambil menunggu
kedatangan Kuraisy ia bermarkas di Hamra'ul
Asad dan tinggal di sana tiga hari, memasang api unggun sepanjang malam, sehingga semangat Kuraisy menjadi
goyah dan mereka kembali ke Mekah. Dengan demikian kaum Muslimin telah dapat mengembalikan
kedudukannya sesudah mengalami kegoncangan di Uhud.
Kenapa ia tidak berbuat serupa itu juga
padahal ia pernah menyaksikan sendiri pagi itu Nabi di Hunain, dengan jumlah
sahabat yang sedikit ia
memanggil-manggil anggota-anggota pasukan Muslimin yang berlarian: "Hai orang-orang! Kamu
mau ke mana!? Mau ke mana?!"Dan orang yang beribu-ribu itu sedang diliputi
ketakutan.
Setelah mereka mengetahui posisi Nabi dan
mendengar pula panggilan Abbas: "Saudara-saudara dari Ansar, yang telah
memberikan tempat dan pertolongan! Saudara-saudara dari Muhajirin yang telah
membaiat di bawah pohon, Muhammad masih hidup, mari ke mari!" Dari segenap
penjuru terdengar jawaban yang menyerukan: "Ya, kami siap, kami
siap!" Kini mereka semua kembali, dan bertempur lagi
secara heroik sekali.
Alangkah indahnya teladan itu, teladan yang
telah mengilhami orang, bahwa iman
adalah suatu kekuatan yang tak akan dapat dikalahkan oleh siapa pun selama
seorang mukmin itu dapat menjauhkan diri dari maksudmaksud tertentu selain
untuk mencari kebenaran demi kebenaran
scmata!.
Siapakah orang yang memiliki iman
seperti pada Abu Bakr itu, yang mengambil
teladan dari Rasulullah, sehingga ia
menjadi salah satu unsur kehidupan yang sangat menentukan!? Inilah
kekuatan rohani, yang dalam hidup ini tak ada yang dapat menguasainya, tiada kenal lemah atau ragu,
dan tak ada yang akan dapat mengalahkannya.
Kekuatan
rohani pada iman
Kekuatan rohani yang diperoleh Abu Bakr
pada diri Rasulullah itu dan yang telah
membuat kaum Muslimin dapat mengalahkan orang-orang Arab murtad, telah
memberikan semangat kepada segenap kaum
Muslimin yang mengangkat mereka kepada keimanan, bahwa mereka tak akan mendapat kemenangan tanpa
pertolongan Allah. Mereka mendambakan
mati syahid, gugur demi kebenaran.Bagi
mereka mati syahid itu suatu kemenangan yang tak ada taranya.
Kaum Muslimin pada masa Rasulullah yakin sekali, bahwa mereka akan
mendapat kemenangan, sebab Allah sudah
menjanjikan kepada Rasul-Nya akan memberi bala
bantuan dengan para malaikat,Allah telah mewahyukan kepadanya untuk
membuktikan janji-Nya.
Tetapi pada masa Abu Bakr, dengan
berpulangnya Rasulullah ke sisi Allah, wahyu sudah tak ada lagi. Hanya tinggal
iman saja lagi, hanya tinggal berteladan saja lagi kepada Rasulullah dan
kepada penggantinya dalam meningkatkan
iman ke taraf yang lebih tinggi selama
hidup di dunia ini. Mati syahid demi membela iman telah menjadi sumber dan
rahasia kekuatan, rahasia kemenangan.Itulah
rahasia keluhuran budi kita dalam arti kemanusiaan dengan segala martabatnya untuk mencapai kesempurnaan hidup
insani yang terdapat dalam diri kita.
Kenyataan rohani inilah yang telah memberi
kekuatan batin kepada Abu Bakr dengan
berteladan kepada Rasulullah. Ini
diterjemahkan kepada kita dalam perbuatan Muslimin pada masa kepemimpinannya sebagai Khalifah serta
bimbingannya yang begitu jelas sehingga dapat
kitaraba seolah semua itu benda nyata yang dapat ditangkap dengan
indera. Kenyataan rohani ini dapat kita rasakan dalam Perang Riddah dan kemudian pada waktu memasuki Irak dan Syam.
Kalau bukan
karena keimanan ini, dengan
jumlah kaum Muslimin yang masih kecil
pada masa Khalifah yang pertama itu, niscaya mereka tak akan mampu menyelesaikan segala pekerjaan dan
tugas raksasa itu dengan begitu baik, yang selanjutnya telah
membukakan jalan ke sebuah kedaulatan
Islam yang besar.
Suatu
kenyataan sosial setelah kenyataan rohani
Abu Bakr memperoleh kekuatan batinnya itu
dengan berteladan kepada Rasulullah. Di samping kenyataan rohani ini, kenyataan
sosial juga besar pengaruhnya dalam kehidupan setiap umat atau bangsa, dan setiap umat merasa bangga terhadap
dirinya, dengan percaya kepada kekuatan
sendiri. Mereka merasa, bahwa mereka mempunyai
kewajiban menyimpan suatu risalah, suatu pesan kepada dunia, dan dunia pun wajib menyambut risalahnya itu.
Seperti halnya dengan umat ini, tak ada
suatu kekuasaan dan
kekuatan betapapun besarnya yang
boleh merintangi jalannya.
Kedua kenyataan ini, rohani dan sosial,
saling mengisi.Pada setiap zaman dan
umat ada suatu dasar untuk mengambil hati
bangsa-bangsa lain yang dengan penuh semangat menyambut kedua kenyataan itu dan demi berhasilnya risalah
yang mengajak bangsa-bangsa itu.
Lebih-lebih yang demikian ini apabila dasar
risalahnya bertujuan memberantas kezaliman, memelihara keadilan yang didasarkan
pada persamaan antara sesama manusia.Sebuah
kedaulatan berdiri atas dasar itu imperium mengalami kehancuran karena
ia sudah menyimpang dari jalur yang sebenarnya. Oleh karena itu
penyimpangan demikian ini oleh pihak lawan dijadikan senjata untuk mengadakan perlawanan.
Ia sadar
dan yakin, Islam agama persamaan
Persamaan adalah pola Islam dan oleh
karenanya iamerupakan inti
kedaulatannya.Dengan nalurinya Abu Bakr memahami benar bahwa pada intinya yang paling dalam Islam adalah agama
persamaan antar sesama umat manusia. Dakwah atau seruan itu tidak
hanya ditujukan kepada golongan tertentu
saja, tetapi kepada umat manusia
seluruhnya.
Pada masa hidupnya Rasulullah telah
mengangkat bekas-bekas budak kesuatu
kedudukan yang tinggi. Begitu juga
orang-orang yang bukan Arab untuk memerintah di kalangan Arab. Salman orang Persia adalah sahabat dekatnya,
Zaid bin Harisah, bekas budak yang
pernah dibeli oleh Khadijah lalu diberikan kepada Nabi yang kemudian oleh Nabi dimerdekakan dan
dijadikan anak angkat.Ia jugalah yang di angkat menjadi panglima dalam Perang
Mu'tah, dan sebelum itu pun banyak pekerjaan lain yang
berada di bawah pimpinannya. Sesudah
itu, sebelum Rasulullah menderita sakit yang
terakhir, Usamah anak Zaid itu diserahi pimpinan pasukan, yang anggota-anggotanya terdiri dari pemuka-pemuka
Muhajirin dan Ansar, di antaranya Abu
Bakr dan Umar.
Rasulullah
Sallallahu'alaihi wasallam telah mengangkat Bazan orang Persia itu
memegang pimpinan di Yaman.Rasulullah tidak membeda-bedakan kedudukan orang
karena kearabannya atau karena posisinya dalam kabilah. Yang membedakan orang
hanyalah amal perbuatannya.Sahabat-sahabat Rasulullah yang diajaknya
bermusyawarah dan pendapatnya dihargai di kalangan Muslimin adalah
pemuda-pemuda, yang karena keimanannya yang sungguh serta pengorbanannya di
jalan Allah, mereka berada di barisan pertama.
Sikap Rasulullah ini sesuai dengan perintah Allah di dalam Qur'an, bahwa tak ada perbedaan pada manusia itu
selain takwanya, dan balasan yang akan
diperoleh sesuai dengan amal perbuatannya.
Perbedaan derajat yang satu dengan yang lain, hanya oleh perbuatan dan ketakwaan itu juga.
Sudah tentu, cara yang dilakukan oleh
Rasulullah itu banyak sekali mengurangi
kecongkakan orang-orang Arab karena fanatisma
rasialnya, kalaupun mereka hendak membangga-banggakannya juga, apalagi karena Allah telah memilih Nabi-Nya
dari kalangan mereka sendiri, yang akan
mereka jadikan alasan akan tingginya kedudukan
mereka. Juga Abu Bakr, sudah tentu yang dijadikan pegangannya ialah
persamaan dalam Islam antara sesama manusia dan bangsa itu. Inilah yang telah menjadi kekuatannya,
sehingga pasukan Persia dan pasukan
Rumawi bertekuk lutut.
Pada
dasarnya Islam kedaulatan sejagat
Abu Bakr dengan nalurinya sudah menyadari
benar bahwa dasar Islam adalah kedaulatan sejagat.Seruannya tidak terbatas
hanya pada golongan Arab, tetapi ajakan kepada kebenaran itu ditujukan kepada
seluruh umat manusia. Karena memang sudah demikian keadaannya, Nabi telah
mengirimkan para utusannya kepada raja-raja dan
pcnguasa, mengajak mereka sama-sama menerima agama Allah. Sudah menjadi kewajiban setiap orang yang beriman
kepada agama ini untuk berdakwah,
menyampaikan ajaran-Nya sebagai petunjuk dan
rahmat. Dalam diri Rasulullah
sudah ada teladan yang baik bagi
setiap Muslim. Rasulullah telah
menyerukan dakwahnya kepada segenap umat
manusia yang terdiri dari berbagai warna kulit. Para penggantinya hendaknya juga menyebarkan
seruan itu ke segenap belahan bumi ini.
Biarlah mereka berjuang demi kebebasan
berdakwah.Jangan memaksa siapa pun dan jangan juga mau dirintangi dalam
menyampaikan kebenaran yang sudah mereka peroleh itu. Hendaklah seluruh
jagat ini menjadi arena dakwah kepada
kebenaran, apa pun risiko yang akan
menimpa diri mereka demi perjuangan di jalan Allah itu. Bila sampai mereka mati syahid, Allah jugalah yang
akan memberi balasan.
Prinsip-prinsip inilah yang menjadi dasar
dakwah Rasulullah, yang telah dipahami
benar oleh Abu Bakr dengan nalurinya, berkat
persahabatannya selama itu serta pelajaran-pelajaran yang
diterimanya dari Rasulullah. Itulah yang
menyebabkan Abu Bakr begitu menerima tugas, segala kesulitan itu buat dia tidak
berarti lagi dan ia tetap berusaha
mengatasinya, dan itu juga yang membuat kedaulatan Islam cepat berkembang ke segenap penjuru dunia dan
kemudian banyak bangsa yang bernaung di
bawah panji Islam.
Apa
penyebab jatuhnya kedaulatan Islam?
Adakah yang menyebabkan ketuaan dan
kemudian tidur nyenyak yang panjang itu karena prinsip dasar tadi yang terbukti
rapuh, ataukah karena bangsa-bangsa yang
sudah lepas dari kedaulatan Islam karena
sudah menolak prinsip-prinsip itu, lalu menganut yang sebaliknya lalu menjadi lumpuh dan akhirnya
lenyap karena perbuatannya sendiri? Begitulah sejarah semua kedaulatan Islam
itu, sejak berdirinya, kebesarannya dan
kemudian keruntuhannya. Itulah sejarah yang patut dicatat dengan metoda serta studi yang benar-benar
ilmiah dan dapat di percaya, lepas dari
segala sikap fanatisma. Peristiwa demi peristiwa itu
dianalisis dan dicari sebab-sebabnya yang dapat diterima akal serta sesuai dengan kecenderungan rohani yang ingin
mencapai kesempurnaan. Namun begitu
suatu hal yang sudah menjadi kodrat
manusia ialah kita masih terkungkung oleh nafsu kita pada kehidupan
dunia. Dengan demikian kita makin jauh dari tujuan hendak mencapai
kesempurnaan itu.
Rasanya tak perlu lagi menyebutkan bahwa
kelumpuhan dan tidur nyenyak ini disebabkan oleh bangsa-bangsa yang lepas dari
kedaulatan Islam itu sudah meninggalkan prinsip-prinsip dasar yang sebenarnya
sudah menjadi pegangan kedaulatan Islam, prinsip-prinsip Islam yang dasarnya
masih murni. Seorang peneliti sejarah kedaulatan Islam yang adil dan obyektif
akan dapat meraba dan melihatnya dengan jelas rentetan perkembangannya sejak
mula timbulnya perselisihan di kalangan umat Islam penduduk jazirah itu, sampai
terjadinya perpecahan antara yang Arab dengan yang bukan-Arab, yang kemudian
menjelma menjadi jurang yang menganga lebar-lebar menjurus pada kehancuran.(sbh)
.