DIMANAKAH NILAI KEMANUSIAAN
YANG ADIL DAN BERADAB…?
Ketika moralitas bangsa ini menjadi sorotan karena terdegradasi muncul sekarang persoalan dari mana kita memulai
perbaikan bangsa ini,bangsa Indonesia mempunyai nilai-nilai luhur yang menjadi pegangan
peradaban berbangsa dan bernegara,tercermin dalam sila kedua Pancasila
“Kemanusiaan yang adildanBeradab”.
Kemanusiaan yang memiliki keadilan dan mempunyai Peradaban dalam segala
sendi kehidupan.Keadilan yang menjadi identitas bangsa ini hanya menjadi sebuah
impian masyrakat kecil yang terus menjadi objek ketidak adilan elitpolitik yang
tidak beradab.Keadilan macam apa yang sesungguhnya yang terkandung dalam nilai Pancasila
bagi segenap bangsa Indonesia itu.
Dalam sebuah karyanya Prof. Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan tentang makna adil, yaitu
“menimbang yang samaberat,
menyalahkan yang salahdanmembenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang
empunya dan jangan berlaku zalim, aniaya.” Lawan dari adil adalah zalim, yaitu memungkiri
kebenaran karena hendak mencari keuntungan
bagi diri sendiri; mempertahankan perbuatan yang salah sebab yang bersalah itu ialah
kawan atau keluarga sendiri .“Makaselama keadilan itu masih terdapat dalam masyarakat,pergaulan
hidupmanusia,maka selama itu pula pergaulan akan aman sentosa, timbul amanat dan
percaya-mempercayai,” tulisHamka.
Jika kita mengoreksi kenyataan hari ini ketidak adilan dan ketidak beradaban
jadi satu paket dalam wacana perbaikan moralitas bangsa ini ,dari pakar politik,jurnalis,praktisi pendidikan
mulai mencari langkah untuk solusi perbaikan bangsanya. Persoalannya,penyakit ini
sudah kronis tidak bias hanya diseminarkan dan dibahas di media,masyarakat Indonesia
hanya bias meratapi nasib bangsanya karena
mereka tidak percaya lagi kepada para pemimpin yang mereka amanahkan membangun peradaban yang
adil dan beradab.
Ketidak adilan membuat mereka bertindak anarkis melanggar aturan dan
hukum,akhirnya mereka buat sendiri pengadilan rakyat dan mereka sendiri yang
menjadi hakimnya tak peduli aparat atau pejabat di dapannya.Masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan
suguhan sarapan pagi di meja informasi setiap hari harus menelan kenyataan batapa
hancur potret bangsanya.Ironisnya tokoh dan pigur pemimpin yang mereka banggakan
jadi dalang dan peran utama dalam mencoreng lembaran kelam negeri yang adil dan
beradab.
Berbicara konsep adab memang
sangat terkait dengan pemahaman tentang wahyu atau kitab suci konsep adab bukan
sekedar mereka sopan dan santun tapi kesopanan dan kesantunan itu harus sesuai dengan
harkat dan martabat sesuai dengan kehendak Ilahiyah dalam kata lain Ahlak.Tak
bias kita pungkiri pornografi dan sekbebas,premanisme dikalangan pelajar yang
kurang ajar menampar muka para pengajar yang hanya mementingkan otaknya cerdas dan
kompotitif dieara globalisasi tapi luput memberikan pendidikan moral dan ahlak kepada
siswanya.
Apa yang salah dengan kondisi hariini.?,siapa yang bertanggung jawab
dengan semua ini?..tentulah kita mulai dari diri peribadi kita untuk muhasabah,pepatah
mengatakan “buah yang kita petik hari ini adalah biji yang kita
semai hari yang lalu”.
Negara ini begitu banyak alim-alim ulamanya,orang-orang
cerdas,pemimpin-pemimpin yang jujur ingat itu belum jaminan mereka mampu mengurai
ulang benang yang sudah kusut jika kita tidak
berperan aktif sebagai elemen bangsa untuk ikut serta mengambil bagian dari perbaikan
bangsa ini.
Kembali kepada diri kita yang jadi bagian dari bangsa ini,mulai diri
kita yang kita perbaiki dengan berpegang teguh kepada ajaran agama dan keyakinan.Begitu
banyak prilaku dan kebijakan yang sudah menyimpang dari ajaran Agama, maupun morma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa moralitas suatu masyarakat
mencerminkan bagaimana kehidupan masyarakat itu.
Nabi Muhammad saw berhasil membangun peradaban Islam di Madinah,
yakni suatu masyarakat yang menegakkan adab
dalam kehidupan mereka. Masyarakat beradab adalah masyarakat yang
memuliakan orang yang beriman, berilmu, orang yang shalih, dan orang yang taqwa,bukan
orang yang kuasa, bukan banyak harta, bukan keturunan raja, bukan berparas rupawan,
dan bukan banyaknya pengikut.
Peradaban yang dibangun Nabi Muhammad saw di Madinah adalah sebuah contoh
ideal. Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang haus ilmu, cintaibadah, dan cinta
pengorbanan.Kondisi itu sangat jauh berbeda denngan kondisi masyarakat Jahiliah,
yang merupakan masyarakat yang tidak beradab, alias masyarakat biadab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar